Senin, 20 April 2009

musuh setiap manusia

menurutku, apa yang musuh kita yang paling besar adalah diri kita sendiri. kesombonganku, keangkuhanku, kebodohanku, hawa nafsu. dan seburuk-buruk manusia adalah orang yang tidak menyadari ada musuh paling besar dalam dirinya sendiri dan malah mencari musuh diiri orang lain.


ada yang mau membantuku nggak ya?

aku pernah membaca atau mendengar statement yang kira-kira seperti ini :

"Aku khawatir terhadap syaitan yang berwujud manusia. Karena apabila syaitan itu berbentuk ghaib, ia akan lari terkencing kencing ketika aku membacakan Audzubillahiminasyaitanirrajiim. Sedang bila ia berbentuk manusia, ia tidak dapat diusir dengan cara itu."

Kalo nggak salah itu diucapkan oleh sahabat atau siapa gitu...ada yang pernah denger juga nggak? penasaran nih, apa cuma mimpi atau beneran ku pernah denger :D

belajar belajar belajar

koreksi, koreksi, ahahahagz aku senang karena mendapat jawab cukup memuaskan.

hum... kita hidup itu bukan hanya dalam satu komunitas, tapi hidup dalam banyak sekali komunitas. jadi wajar kalu kita paling nggak ikud beradaptasi dengan komunitas dimana kita berada. yah, asal kita tetap memegang prinsip kita dan mengatahui apa yang berubah dalam diri kita. maksudku, harusnya kita tidak dikendalikan oleh aliran deras, tapi kita berusaha membendung aliran itu dan membiarkan hal-hal yang memang tidak sesuai dengan prinsip kita tetap terbendung.

dan dalam hal ini, lagi-lagi aku menekankan diriku sendiri kalau prinsip itu harus jelas asal usulnya. Prinsip itu harus mampu dipertanggung jawabkan, prinsip itu harus tidak merugikan orang lain, prinsipku...harus berguna buat orang lain.

Bila kita memiliki prinsip yang tidak berdasar dan tanpa argumen yang jelas, itu namanya omong kosong. karena itu nggak akan menjadi prinsip tapi akan menjadi batu sandungan buat kita. karena kita takkan tahu bagaimana mempertahankannya.dan akhirnya, kita hanya akan "seperti air di atas daun talas"

I Love My Religion, I love Islam. Hope I can make it be "prinsipku"

Historiografi Tradisional

Ciri-ciri Historiografi Kolonial
1. membesar besarkan apa yang dilakukan Barat (europe sentris)
2. menyepelekan kesengsaraan rakyat
3. menganggap kebudayaan Timur itu jelek
4. seringkali fakta yang dijabarkan tidak benar

kesimpulanku nie -------> nie historiografi bisa dibilang historiografi tradisional loh :D

kembali ke historiografi tradisional yang memiliki ciri-ciri paling utama : bertujuan untuk melegitimasi kekuasaan maupun kebudayaan yang ada pada waktu itu. hingga seringkali memutar balikkan fakta.

dengan kata lain, pendapat yang mengatakan bahwa historiografi tradisional berhenti ketika datangnya kolonial, sama sekali terbantahkan.

Historiografi Kolonial Sentris merupakan paduan dari 3 perspektif :
1. europe sentris
2. netherland sentris
3. kolonial sentris

perbedaan netherland sentris dengan europe sentris...
europe sentris lebih lebar cakupannya. mereka memandang dunia ini dengan pemisahan antara dunia Timur dan Barat. Yang tentu saja, perpektif europe selalu menganggap bahwa Barat beradab sedangkan Timur primitif. hal yang sampai saat ini tanpa kita sadari malah dianut oleh banyak orang di Indonesia (T.T) contohnya? banyak kataku...
Sedang perspektif Netherland, memandang negaranya yang paling benar. Bahkan pada mata kuliah Historiografi Indonesia yang tadi aku ikuti, terdapat mengenai Belanda yang merendahkan Jerman, dimana ia memberi kontribusi terhadap hal yang menguntungkan Belanda.
Kolonial sentris, tentu saja, perspektif penjajah terhadap tanah jajahannya...

Kamis, 16 April 2009

pelajaran sejarah

Tulisan Sejarah yang kita baca sekarang ini, memiliki latar belakang yang kadang tidak dipikirkan oleh orang awam. Dalam penulisan Sejarah, banyak sekali perspektif penulis yang ikut andil. membuat satu tema sejarah yang sama, bisa memiliki cerita amat berbeda. Ironisnya, hal ini baru akan diketahui seseorang, apabila dia masuk ke perguruan tinggi dan mengambil mata kuliah sejarah. Bagaimana hal ini tidak terjadi, kalau sistem pendidikan sejarah di Indonesia masih seperti ini?

Kita tilik kembali masa SD,SMP, dan SMA. Seringkali yang teringat mengaenai pelajaran sejarah pada masa-masa sekolah itu adalah, mengingat, mengingat, dan mengingat maka kau akan dapat nilai 100. -Hal yang membuat jurusan sejarah begitu mengerikan bagi mereka (hoho...termasuk aku dulu)-. Dan hal yang harus diingat cukup dari satu buku saja, atau satu kisah saja yang sudah disahkan oleh pemerintah. Mereka tidak diberitahu, bahwa ada jalan panjang dibalik hasil itu.

maka seharusnya, sistem pendidikan seperti ini harus diubah. Mengapa pengajaran mengenai pemahaman tidak diajarkan sejak dini? takut karena merasa si anak belum memadai untuk itu? hal inilah yang membuat lulusan SMA tidak ada gunanya. Bagaimana tidak, bila ia tidak diajarkan untuk memahami sedari kecil. Atau ini memang bukti kepesimisan terhadap generasi penerus, itu mungkin saja.

Masih bisa dimaklumi bila hal ini dilakukan terhadap anak SD, namun sangat tidak bijaksana bila sewaktu SMP dan bahkan SMA, sistem ini dilanjutkan. Karena pada masa itu, aku yakin mereka mulai dapat memahami. dan mereka memang harus diajar untuk itu, bukan hanya untuk sekedar menerima apa yang diberikan guru.